- Defenisi
Athritis gout adalah penyakit akut akibat peningkatan tingkat asam urat serum selama fase akut terjadi inflamasi yang disebabkan adanya kistal natrium yang disebabkan pada sendi (Fatimah, 2010)
Jenis atristis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan terjadinya penumpukan asam urat. Di sendi-sendi keadaan ini biasanya pertama kali mengenai ibu jari kaki sampai bewarna kemerahan dan bengkak. Tetapi juga mengenai sendi lain,rasa nyeri juga dapat cepat berkembang (Azhar Agoes, 2010)
- Tanda-tanda Fisik Arthritis
Pembengkakan sendi membrane sinovial yang meradang membuat sendi menjadi sedikit membengkak dan terasa sakit ketika di sentuh. Pembengkakan yang besar dapat terjadi karena produksi cairan sendi berlebihan peradangan arau perdarahan.
Pembesaran sendi-sendi yang membesar berbeda dengan pembengkakan sendi, pembesaran tulang tanpa pembengkakan sendi jika di raba akan terasa keras dan tidak sakit, keadaan ini dijumpai pada osteoarteristis atau atristis remotoid.
Keterbatasa Gerakan. Tanda ini di periksa dengan cara aktif yaitu dengan cara berjalan atau secara pasif yakni dokter menggerakan extremitas pasien sesuai kemampuan maksimal pasien menggerakan anggota tubuhnua. Dengan membandingkan kedua gerakan tersebut. Dokter akan menyimpulkan kelemahan otot bursitis tendonitis atau kerusakan sendi itu sendiri gesekan sampai sendi terkadang dapat di dengar dengan stetoskop.
Pemeriksaan tulang belakang : pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pasien berdiri tegak, kemudian membungkuk kedepan sambil memegang ujung jari kaki. Dan sebaliknya yaitu dengan membuat gerakan menekuk tulang punggung ke belakang atau mengerakan tubuh ke kanan dan kekiri ( Azhar Agoes, 2010).
Tabel criteria diagnosis beberapa penyakit radang sendi berdasarkan gejala.
Penyakit |
Kaku |
Keletihan |
Nyeri |
Bengkak |
Merah |
Panas |
Osteoartritis |
+ |
– |
+ |
+ |
– |
– |
Arthritis rheumatoid |
+ |
+ |
+ |
+ |
+ |
+ |
Ankylosing spondylitis |
+ |
+ |
+ |
+ |
+ |
+ |
Psoriactic arthritis |
+ |
– |
+ |
+ |
+ |
+ |
Pirai |
+ |
+ |
+ |
+ |
+ |
+ |
Artritis lupus |
+ |
+ |
+ |
+ |
+ |
+ |
- Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium. dengan memeriksa cairan sendi atau kadang-kadang dengan melihat foto sinar-X, kita dapat mengetahui adanya peradangan, infeksi oleh kuman atau pirai. Dengan melihat gambaran felfis dan tulang belakang, ankylosing spondilitis dapat diketahui.
Tes antibody. Tes antibody tertentu dapat menetapkan jenis arthritis. Tes faktor rheumatoid, dioerlukan untuk mendiagnosis atritis reomatoid. Untuk lupus, antibody anti nucleus (ANA) dapat diperiksa.
Laju endap darah dan kadar protein C reatif darah. Tes ini merupakan ukuran selintas tentang derajat peradangan: semakin tinggi nilainya, semakin tinggi peradangannya. Pasien osteoarthritis umunya memiliki nilai yang normal, tetapi pada pasien yag mengalami peradangan seperti arthritis rheumatoid, nilai kedua pemeriksaan tersebut meningkat.
Tes asam urat pada pasien pirai, kadar asam urat biasanya juga meningkat.
Tes darah lain. Dengan mengacu pada hasil anamnesis, keberadaan penyakit lain,seperti penyakit Lyme atau infeksi lain, dapat diperkuat dengan tes darah, termasuk arthritis reaktif atau jenis arthritis infeksi lain (Azwar Agoes, 2010)
- Penatalaksaan
Pengobatan diarahkan pada upaya untuk meredakan gejala, yaitu dengan kortikosteroid dan imunosupresan. Pada prinsipnya, upaya penatalaksanaan bersifat simtomatik, yaitu dengan mencegah terjadinya Flares, mengurangi keparahan dan mempersingkat waktu timbulnya flare. Pengobatan berdasarkan sitem alat tubuh yang terkena dan intensitasnya harus di ukur agar tujuan pengobatan berhasil. Penyakit dengan gejala yang ringan dan berulang tidak memerlukan pengobatan. Jika diperlukan, pasien dapat diberikan anti inflamasi dan anti malaria (Azwar Agoes, 2010).
- Obat Analgetik
Pengobatan farmakologis penyakit radang sendi dapat dibagi atas pembagian analgetik, antiinflamasi non-steroid, kortikosteroid, dan obat antireumatik (DMARD).
Untuk mengatasi nyeri,obat analgetik, seperti asetaminofen, dan anit inflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen, sering dianjurkan. Asetaminofen. Obat yang paling banyak dianjurkan, kecuali bagi mereka yang alergi dan berpenyakit maag. Jika kurang membuahkan hasil, nyeri diatasi dengan kombinasi asetaminofen dan opioid, seperti kodein, sesuai petunjuk dokter. Anti inflamasi non-steroid (NSAID). Kelompok ini mencakup aspirin, ibuprofen, naproksen, dan golongan inhibitor COX-2. efek samping yang timbul dapat berupa gangguan lambung, tukak lambung, dan perdarahan usus, terutama pada manula. Sejak 2005, lembaga pengaturan obat amerika (FDA) mengintruksikan penggunaa label pada preparat NSAID (kecuali aspirin) tentang efek samping yang dapat timbul di slauran cerna, jantung dan kulit. Aspirin dapat menyebabkan perdarahan pada sebagian orang dengan kelainan pembekuan darah.
Efek samping inhibitor COX-2. Efek samping obat ini dapat berupa tukak lambung, perdarahan saluran cerna, dan gangguan irama jantung. Pada tahun 2004, refocoxib ditarik dari peredaran, yang diikuti dengan penarikan valdecixib, yang ditengerai berkaitan dengan masalah kulit. Hati dan ginjal dapat juga mengalami kerusakan akibat penggunaan obat tersebut, dan dianggap sebagi reaksi yang paing serius dari obat anti nyeri.
Kotikosteroid. Pada saat ini, derivate prednisone (metilprednison) banyak digunakan, dapat diminum dan disuntikan kesendi yang sedang meradang, efek sampingnya meliputi peningkatan kadar gula darah, rentan mengalami infeksi (penurunan imunitas), atrofi kulit,dan pertambahan berat badan. Dosis yang lenbih tinggi menimbulkan perubahan irama jantung atau kesulitan tidur. Bergantung pada dosisnya, pasien dapat mengalami efek samping berupa sindrom Cushing (muka seperti bulan /moon face, pertambahan berat badan, diabetes mellitus, penigkatan nafsu makan, gangguan tidur dan osteoporosis). Efek samping akan berkuarag jika dosis awal yang tinggi diturunkan. Penggunaan jangka panjang berimplikasi merusak alat tubuh, dan menigkatkan tekan darah, dan katarak.
Terapi dengan kortison selama ini telah memberikan keuntungan pada pasien, tetapi efek jangka panjangnya sangat merugikan. Meskipun begitu, suntikan kortison untuk jangka panjang menjadi terapi penunjang yang berguna dengan dosis harian kortison yang rendah (prednisone atau prednisolon, 5-7.5 mg perhari), dan memberikan keuntungan tersendiri jika di berikan bersama obat antireumatik.
Analgetik opioid. Obat ini bekerja seperti opium, yaitu menghambat reseptor nyeri di otak. Sebagai obat yang poten, efek sampingnya juga cukup banyak, seperti pusing, mual, konstipasi, dan mulut kering. Jika digunakan dalam dosis besar, hambatan pernafasan dapat terjadi. Opioid yang dimaksud disini antara lainprpoksifen HCL, kombinasi asetaminofen dan hidrokodon, dan kombinasi aseta minofen dan oksikodon.
Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARD). Disease-modifying antirheumatic, atau obat antireumatik pemodifikasi perjalanan penyakit, digunakan untuk mengurangi timbulnay flare, proses penyakit dan menurunkan jumlah korkikosteroid yang digunakan (jika flare terjadi). Obat yang sering digunakan adalah anti malaria (plasquenil) dan imunosupresan (mis., metotreksan dan azatioprin). Hidroksiklorokuin (anti malaria) telah ditetapkan FDA untuk pengobatan lupus dengan manifestasi pada batang tubuh, kulit, dan sendi. Siklofosfamid digunakan pada glomerulonefritis berat, dan walaupun digunakan dalam dosis kecil, obat ini dapat meningkatkan tekana darah dan menimbulakan katarak. Obat DMARD lainnya adalah azatioprin, siklosporin, D-penisilamin, garam emas, hidroksiklorikuin, leflunomid, metotreksat (MTX), minosiklin, sulfasalazin (SSZ), dan siklofosfamid yang bersifat sitotoksit.
Suntikan asam hialuronat. Asam hialuronat merupakan substansi yang mirip dengan cairan sinoval dalam sendi. Suntikan obat ini digunkan untuk osteoarthritis punggung dan lutut. Khasiatnya masih diperdebatkan. Efek sampig yang dapat timbul antara lain reaksi alergi dan pembengkakan sendi.
Terapi alternaitf. Sejak sepuluh tahun terakhir, telah diadakan penelitian yang menunjukkan bahwa hamper 25% pasien arthritis menggunakan terapi alternaitif. Meskipun tersedia dan dipercaya masyarkat, sedikit sekali yang terbukti secara alamiah. Dalam hal ini, pasien dianjurkan agar berhait-hati dalam memilih dan menggunakan obat tradisional. Pasien perlu memeriksa apakah cara pengobatan atau obat tersebut sudah mulai uji klinis yang terpecaya atau hanya dipromosikan secara berlabihan tanpa dasar medis yang kuat.
Terapi (air) panas dan dingin. Pada abad ke-19 atau awal ke-20, orang kaya Eropa banyak menggunakan hidroterapi (mandi air hangat) atau menjalani pengorbanan di spa. Tempat-tempat khusus ini mengklaim bahwa pemulihan disebabkan mineral yang terkandung didalam sumber air ditempat tersebut. Sebenarnya, haltersebut terjadi karena faktor suhu. Panas akan meningkat ambang nyeri. Bila seseorang berendam selama 15-20menit, ia akan merasa lebih segar dan otot akan mengalami relaksasi.
Terapi mandi lilin dilakukan dengan cara mencelupkan tangan atau kaki pada lilin cair yang temperaturnya sudah diatur peralatan listrik sesuai dengan kenyamanan pasien. Setelah lilin mengeras, perawat membungkus derah yang diobati agar tetap hangat selama sekitarc 20 menit, dan lilin tersebut kemudian dilepaskan.
Terapi dengan bongkahan es juga memberikan efek analgetik sama dengan terapi panas dan dapat dilakukan di rumah dengan bungkus es beku atau gel dingin. Benda dingin ini dikompreskan selama 15-20 menit dan dapat diulang.
Operasi penggantian sendi. Operasi ini adalah pilihan pengobatan terakhir dan harus dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang, pada osteoarthritis, tidak ada cara pengobatan yang dapat menjamin penghentian proses penyakit.
Operasi kini dapat dilakukan pada umur orang dewasa berapapun. Sendi pengganti (artificial) yang disebut prostesis dapat bertahan selama 10-15 tahun, pasien dapat menjalani penggantian untuk ke-2 atau ke-3 kalinya. Pasien sebaiknya tidak mengidap penyakit selain arthritis. Pasien gemuk masih dapat menjalani operasi tersebut, tetapi memerlukan perhatian dan kewaspadaan akan kesembuhan yang lambat dan infeksi pascaoperasi. Komplikasi terjadi pada <20% kasus. Penyulit yang dapat timbul antara lain infeksi, pelepasan bekuan darah, dislokasi sendi baru, kekakuan sendi, dan pasien mungkin harus menjalani operasi ulang setelah 15-20 tahun. (AZHAR Agoes, 2010)
Bagikan Jika Bermanfaat...
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.